Kamis, 08 Desember 2016

pendidikan ala jokowi

Transisi Pendidikan di Indonesia ala Jokowi

Ada anggapan etika luhur bangsa Indonesia mulai terkikis sedikit demi sedikit. Hal itu terlihat dari perilaku tak etis yang tampil sehari-hari hingga merebaknya kasus-kasus korupsi.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (11/10/2014), menyadari masalah tersebut Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi mengajukan konsep Revolusi Mental yang akan dicangkokkan ke sistem pendidikan dasar.

Sejumlah kebiasaan itu termasuk saling serobot di jalan sekarang telah menjadi bagian hidup sehari-hari di banyak bagian negara Indonesia.Kebiasaan-kebiasaan yang sering terjadi di masyarakat antara lain motor yang berjalan di trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki, orang-orang buang sampah sembarangan, dan anak-anak sekolah tawuran.
Hal-hal tersebut dianggap biasa, dianggap wajar, dan kadang dibenarkan dengan beragam alasan. Walau banyak juga yang mengakui hal itu terjadi karena kurangnya pengendalian diri.
Banyak orangtua menuding perilaku tidak tertib semakin merebak karena tiada lagi tokoh teladan hingga generasi muda pun sekadar meniru. Lalu kemudian datang anggapan pendidikan moral dan etika seharusnya mendapatkan porsi yang lebih besar.
Transisi pendidikan ala Jokowi, etika sederhana sehari-hari yang terabaikan bisa berlanjut menjadi penyimpangan serius seperti korupsi. Hal itulah yang menjadi perhatian presiden terpilih Jokowi. Jokowi pun melontarkan ide pentingnya yaitu Revolusi Mental.
Senada dengan Jokowi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menilai, proses pendidikan harus mampu mengantar anak didik mengembangkan karakter terbaik untuk anak Indonesia.
Itu berarti tumbuhnya rasa cinta nilai-nilai kemanusiaan, rasa ingin tahu intelektual, serta rasa cinta dan bangga sebagai manusia Indonesia. Titik berat pendidikan adalah pengembangan karakter luhur.
Tetapi mendidik manusia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tokoh pendidikan, Profesor Arief Rachman mengidentifikasi sejumlah masalah teknis pada layanan pendidikan di Tanah Air, mulai dari belum meratanya sarana pendidikan hingga perlu ditingkatkannya kualitas guru-guru.
Bila masalah-masalah teknis bisa teratasi, potensi tiap siswa termasuk potensi terbentuknya karakter luhur diharap lebih mudah tercapai, walau semua perlu waktu. Pendidikan adalah investasi jangka panjang.
Terlepas dari kendala yang mungkin masih harus diatasi presiden terpilih Jokowi menilai porsi pendidikan untuk membentuk karakter luhur memang harus ditambah.
Berbekal dengan karakter luhur yang kuat, generasi muda Indonesia punya harga diri dan mampu menghadapi tantangan-tantangan besar.
Di tengah erosi nilai-nilai, perubahan etos manusia Indonesia ke arah lebih baik memang ditunggu-tunggu.
sumber;http://news.liputan6.com/read/2117516/transisi-pendidikan-di-indonesia-ala-jokowi

hardiknas

Peringati Hardiknas, Mendikbud Beri Apresiasi untuk Pendidik

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di lapangan Kantor Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (2/5/2015) pagi.
 
Dalam amanatnya, Anies menyampaikan apresiasinya kepada para semua pihak, pada semua pelaku pendidikan yang telah berperan aktif mencerdaskan saudara sebangsa. 

"Untuk para pendidik di semua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter mulia, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita semua," ujar Anies. 

Anies menjelaskan pentingnya pendidikan bagi Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi norma dan adat kebudayaan. Dia menambahkan, kemerdekaan yang diraih tidak bisa lepas dari peran para pendidik memberi pencerahan pentingnya sebuah kemerdekaan bagi sebuah bangsa. 

"Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan memiliki gagasan besar yang melampaui zamannya," kata Anies. 

Karena konsep dan gagasan itu, ucap Anies, Indonesia mampu menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa yang belum merdeka saat itu untuk bebas dari belenggu penjajahan. 

Dia juga menyebut, gagasan dan perjuangan telah membuat Indonesia menjadi rujukan bangsa-bangsa di Asia dan di Afrika. 

"Dunia terpesona pada Indonesia bukan saja karena keindahan alamnya, tapi juga karena deretan orang-orang terdidiknya yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual," jelas dia. 

Upacara Peringatan Hardiknas 2015 yang jatuh hari ini diikuti para pelajar, pegawai di lingkungan Kemendikbud, guru sekolah, dan puluhan guru alumni pengerahan tenaga mahasiswa (PTM) yang pada tahun 1950-an mengajar ke berbagai pelosok daerah. ‎(Sun)

sumber:http://news.liputan6.com/read/2224378/peringati-hardiknas-mendikbud-beri-apresiasi-untuk-pendidik

pendidikan dipulau longo

Kisah Sekolah Reyot dan Guru Tak Pernah Digaji di Pulau Longo

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah wilayah Indonesia bagian tengah yang berdiri sejak tahun 1958. Lima puluh delapan tahun sudah kehidupan berjalan di kepulauan yang terpecah menjadi dua provinsi ini, yakni Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun di Pulau Longos, NTT, listrik, sekolah, perekonomian masih jauh tertinggal dan terbelakang.

Satu-satunya sekolah tingkat SMA yang ada di Pulau Longos adalah SMA Bahrul Ulum, namun kondisi sekolah tersebut sangat memprihatinkan dan jauh dari kata layak. Bangku yang sudah reyot, lantai yang beralaskan tanah serta meja kayu yang sudah reyot, menjadi tempat sekaligus teman belajar untuk para siswa disana.Pulau Longos, yang berada di sebelah utara pulau Flores, NTT adalah pulau yang hanya memiliki penduduk sekitar 1.300 jiwa. Di pulau ini banyak anak-anak yang sangat membutuhkan sekolah. Tak hanya anak-anak yang ingin bersekolah, begitupun para orang tua yang menginginkan anaknya pintar.
Sekalipun ingin bersekolah di tempat lain, sebenarnya ada sekolah yaitu SMA Laboan Bajo yang berada di Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Namun sekolah ini jaraknya sangat jauh dan harus membutuhkan waktu tiga jam untuk sampai disana ke SMA Laboan Bajo.
Tidak hanya itu, sembilan guru di SMA Bahrul Ulum sama sekali tak pernah menerima gaji, dikarenakan pihak sekolah belum mampu memberikan gaji yang layak sebagai seorang guru. Bahkan agar mendapatkan uang, para guru tersebut ikut bekerja sebagai nelayan.  
sumber:http://citizen6.liputan6.com/read/2588854/kisah-sekolah-reyot-dan-guru-tak-pernah-digaji-di-pulau-longos

pendidikan dipelosok bogor

Potret Buram Pendidikan di Pelosok Bogor

Potret buram pendidikan nasional masih menyisakan cerita pilu. Anak-anak sekolah di pelosok pedesaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, harus menghadapi kenyataan pahit. Sudah bertahun-tahun mereka belajar di teras rumah milik warga.
Itulah yang dialami anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Anak-anak kelas SDN Cipinang 3 ini harus belajar tanpa sarana dan prasarana memadai.

Berbekal semangat dan mimpi untuk meraih masa depan yang lebih cerah, anak-anak sekolah di desa terpencil ini tetap semangat menimba ilmu.Tanpa meja, kursi, dan papan tulis. Pakaian lusuh, tak bersepatu, dan belajar saling berhimpitan tanpa alas tikar menjadi pemandangan sehari-hari.
"Kami mau bersekolah, kami semua mau pandai. Di sinilah kami sekolah, belajar menulis dan membaca dari bapak ibu guru kami yang baik," tutur Wildan, siswa kelas jauh SD Negeri Cipinang 3, saat berbincang beberapa waktu lalu.

Wildan dan teman-temannya merupakan potret buram dari ribuan anak-anak di negeri ini yang harus belajar dengan fasilitas seadanya. Meskipun harus belajar tanpa sarana dan prasarana memadai, namun tak membuat semangat mereka surut memperjuangkan masa depan. Bagi mereka, sekolah menjadi hari-hari yang sangat menyenangkan.
Sekolah tersebut didirikan atas inisiatif warga Kampung Kebon Cau, pada 2008 silam. Sebab, lokasi sekolah induk SDN Cipinang 3 sangat jauh.
Untuk menjangkau ke sekolah induk yang berlokasi di Kampung Joglo, siswa dari Kampung Kebon Cau harus berjalan menempuh jarak sekitar 4 kilometer menyusuri jalan berbatu dan berlumpur.
"Saya kasihan. Saya rela sediakan teras rumah supaya mereka tetap bersekolah," ujar Mista, Ketua RT setempat, juga pemilik rumah yang dijadikan tempat sekolah.
Warga setempat sudah sering mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar dibangun gedung sekolah kelas jauh. Akan tetapi, hingga saat ini belum juga direalisasikan.
"Harapan kami ada gedung sekolah supaya anak-anak bisa belajar dengan konsentrasi. Apalagi musim hujan seperti sekarang, mereka kena cipratan air," harapnya.
Meskipun kondisi sekolah memperihatinkan, namun tiap tahun jumlah siswa yang menimba ilmu di sekolah kelas jauh terus meningkat.
"Mungkin karena lokasi sekolah yang paling dekat cuma sekolah ini," ucapnya.
Siswa yang menimba ilmu di kelas jauh tersebut saat ini berjumlah sekitar 125 orang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 5, dengan diajar oleh tiga orang guru honorer. Mereka berasal dari warga Kampung Kebon Cau dan Cibodas.

"Untuk kelas 6 belajar di sekolah induk," kata Siti Kholipah, salah satu guru kelas jauh.
Minimnya fasilitas tak membuat anak-anak di wilayah ini putus asa. Bahkan, semangat anak-anak mendorong para guru di sekolah kelas jauh itu untuk terus mengabdi.
"Anak-anak tak pernah mengeluh. Mereka tetap bersemangat belajar meski harus berimpitan di teras. Ini yang membuat saya sangat tertegun," ujar dia.
Hidup Terisolir
Kampung Kebon Cau, sebuah kawasan pemukiman warga di Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dusun ini dihuni oleh sekitar 67 KK dari Komunitas Adat Terpencil yang hidupnya dalam lingkaran kemiskinan.
Rata-rata warga kampung ini hidup sebagai penggali batu. Belum terbangunnya akses jalan lintas desa membuat warga hidup terisolir. Satu-satunya akses menuju Kampung Kebon Cau dan Kampung Cibodas dengan menyusuri jalan yang hanya bisa dilalui roda dua. Itu pun kondisi jalan berbatu dan licin.
sumber:http://news.liputan6.com/read/2615025/potret-buram-pendidikan-di-pelosok-bogor

boneka tangan

Alat-alat  yang di perlukan adalah :
1. Kain Flanel dengan berbagai warna, minimal dua atau tiga, sesuai dengan karakter yang ingin di buat.
2. Jarum
3. Benang sesuai dengan warna kain flanel.
4. Kertas bufallo
5. bulpoin
Cara membuatnya cukup mudah.
1.  Kita buat dulu pola yang ingin di buat. Kali ini aku mau membuat boneka tangan berbentuk pinguin jadi aku buat pola pinguin dulu di atas kertas bufallo atau kertas apa sajalah, yang penting kertas😀.
2. Setelah kita selesai membuat pola, kita buat pola yg sama di atas kain flanel.
3. Gunting pola di atas kain flanel tersebut.
4. Gabungkan pola-pola tersebut menjadi satu dengan menjahitnya. Ingatnya menjahitnya pakai tusuk feston. Dalam hal ini saya menjahit pola pendukungnya terlebih dahulu, seperti mata, kaki dada dan hidung pinguin. karna jika menjahit pola badannya terlebih dahulu maka untuk menjahit anggota pendukung sedikit susah. Akan tetapi jika tidak mau repot, anggota pendukung tersebut dapat hanya di lem saja.
Gambar
Dan jadi deh…😀
Gambar 
Hihihi, maaf ya gambar cara membuat tusuk feston nggak ada, karena saya memfoto sendiri. Foto yang di  atas sendiri juga foto tahun lalu saat membuatkan souvenir buat hari raya. Dan kemarin hanya membuat pinguin saja, jd saya posting yang pinguin deh…
trima kasih.😀😀

  Gambar
Alat-alat  yang di perlukan adalah :
1. Kain Flanel dengan berbagai warna, minimal dua atau tiga, sesuai dengan karakter yang ingin di buat.
2. Jarum
3. Benang sesuai dengan warna kain flanel.
4. Kertas bufallo
5. bulpoin
Cara membuatnya cukup mudah.
1.  Kita buat dulu pola yang ingin di buat. Kali ini aku mau membuat boneka tangan berbentuk pinguin jadi aku buat pola pinguin dulu di atas kertas bufallo atau kertas apa sajalah, yang penting kertas😀.
2. Setelah kita selesai membuat pola, kita buat pola yg sama di atas kain flanel.
3. Gunting pola di atas kain flanel tersebut.
4. Gabungkan pola-pola tersebut menjadi satu dengan menjahitnya. Ingatnya menjahitnya pakai tusuk feston. Dalam hal ini saya menjahit pola pendukungnya terlebih dahulu, seperti mata, kaki dada dan hidung pinguin. karna jika menjahit pola badannya terlebih dahulu maka untuk menjahit anggota pendukung sedikit susah. Akan tetapi jika tidak mau repot, anggota pendukung tersebut dapat hanya di lem saja.
sumber:http://adefitria163.blogspot.co.id/2016/04/cara-membuat-boneka-tangan-sederhana.html

resep muffin

Resep Muffin Coklat Mudah Sederhana dan Cara Membuatnya

Cara Membuat Resep Muffin Coklat Mudah. Kalau dilihat dari namanya, Kue Muffin mungkin memang terdengar sedikit asing buat kebanyakan orang Indonesia. Tetapi kalau sudah melihat bentuknya, pasti banyak yang sudah mengenal betul dan merasakan cake muffin yang aslinya berasal dari negara Amerika ini. Kalau melihat dari bentuknya, resep muffin coklat memang mirip sekali dengan cupcake coklat, tetapi sebenarnya ada sedikit perbedaan lho. Resep muffin ini sebenarnya ada tiga macam, yaitu panggang, resep muffin bakar dan muffin kukus. Kali ini, kita akan mencoba cara membuatnya coklat muffin mudah dan sederhana dengan cara dipanggang.
Buat teman teman yang belum tahu, cara membuat cake muffin ini tergolong sangat mudah dan cepat lho dibandingkan dengan resep cake yang lain. Bahkan kita bisa membuat cake muffin coklat kukus tanpa telur. Tentu saja, ada beberapa hal yang harus diperhatikan supaya hasilnya tidak bantat dan teksturnya pas. Tetapi secara keseluruhan, resep muffin coklat panggang ini memang dirancang untuk pemula atau remaja putri yang baru mulai belajar membuat kue dan roti. Walaupun begitu, resep kue muffin ini hasilnya tetap dijamin enak dan cocok untuk teman nonoton tv, sarapan pagi atau saat ada acara di rumah yang membutuhkan hidangan kue penutup.
advertisements
Seperti resep cupcake, resep muffin juga bisa kita kreasikan sendiri dengan gampang dengan bahan bahan lain lho, seperti muffin pisang kismis yang sudah pernah kita ulas di postingan sebelumnya. Untuk kali ini, resep muffin coklat yang akan kita buat juga sangat mudah sekali cara pembuatannya. Bahan bahan yang digunakannya pun bisa dengan mudah kita cari dan beli di toko sekitar rumah. Tentu saja, seperti resep kue yang lain, teman teman juga bisa mengkreasikan sendiri imajinasinya dan menambahkan bahan bahan lain yang disukai, sperti kacang mete, coklat chips atau bahan makanan lain supaya hasil nya nanti lebih enak dan menarik buat semua anggota keluarga. Oke, untuk detail resep muffin coklat mudah silahkan melihat di bawah ya.
resep muffin coklat mudah
Cara Membuat resep muffin coklat mudah

Bahan bahan Resep Muffin Coklat Panggang

  1. Seperti resep muffin lainnya, kali ini kita juga membutuhkan tepung terigu sebagai bahan utama sebanyak kurang lebih 175 gram saja. Gunakan tepung serbaguna saja dan sebaiknya tepung di saring atau ayak terlebih dahulu sebelum digunakan.
  2. Baking powder atau dikenal juga dengan sebutan pengembang kue kurang lebih sebanyak 1-2 sendok kecil. Gunakan baking powder yang masih baru dan fresh.
  3. Gula pasir kualitas bagus kurang lebih sebanyak 100 gram saja.
  4. Telur ayam ukuran sedang besar sebanyak 3 butir.
  5. Coklat powder atau bubuk kurang lebih sebanyak 20 gram saja. Gunakan coklat bubuk kualitas bagus supaya hasilnya lebih enak.
  6. Coklat masak pekat kualitas bagus kurang lebih sebanyak 100 gram. Panaskan coklat sampai meleleh sebelum digunakan.
  7. Susu cair kurang lebih sebanyak 100 ml saja.
  8. Garam dapur beryodium secukupnya atau kurang lebih sebanyak sperempat sendok kecil saja.
  9. Margarin atau mentega kurang lebih sebanyak 50 gram saja. Gunakan merek favorit dan panaskan sampai meleleh sebelum di campur dengan bahan lain.
  10. Chocochips secukupnya atau kurang lebih sebanyak 50-100 gram. Bisa dihilangkan atau diganti dengan kacang mete atau bahan lain sebagai penghias.
  11. Cetakan cake muffin secukupnya.

Cara Membuat Resep Kue Muffin Coklat Mudah

  1. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencampur tepung terigu serbaguna, baking powder dan coklat bubuk yang sudah persiapkan sebelumnya. Aduk aduk sampai semua bahan tercampur rata.
  2. Siapkan satu wadah lagi dan masukkan susu cair yang sudah dipersiapkan, garam dapur beryodium, dan gula pasirnya. Aduk aduk semua bahan sampai tercampur rata dan gula benar benar larut.
  3. Masukkan telur ayam yang sudah dipersiapkan ke dalam nya. Aduk aduk lagi sampai semua bahan tercampur rata.
  4. Ambil campuran terigu di langkah pertama dan tuang sedikit demi sedikit ke dalam adonan susu dan telur diatas sampai diaduk aduk supaya tercampur rata. Ulangi sampai campuran tepung habis dan semua bahan tercampur rata.
  5. Tuang mentega atau margarin dan coklat pekat masak yang sudah dicairnya sebelumnya di adonan di atas sedikit demi sedikit sambil di aduk aduk.
  6. Masukkan setengah bagian choco chips, kacang mete atau bahan tambahan lain yang sudah persiapkan ke dalam adonan di atas.
  7. Aduk aduk lagi supaya semua bahan tercampur rata.
  8. Ambil cetakan cake muffin yang sudah dipersiapkan di atas. Tuang adonan muffin coklat tetapi jangan sampai penuh. Isi kurang lebih sebanyak 2/3 bagian saja karena saat matang kuenya akan mengembang.
  9. Taburkan sisa choco chips ke atas kertas cetakan muffin.
  10. Masukkan kue cake muffin ke dalam oven. Atur dengan suhu sekitar 170 derajat sampai 180 derajat celcius dan pangang sampai matang atau kurang lebih panggang selama 18 sampai 20 menit.
  11. Keluarkan kue muffin coklat panggang dari dalam oven setelah matang.                                              sumber:http://resepcaramemasak.info/resep-muffin-coklat-mudah-sederhana-dan-cara-membuatnya/

festival

Festival Yang Unik Dan Aneh Di Dunia

Festival memang sering kita jumpai di daerah kita sendiri maupun di daerah orang lain , karena memang festival adalah salah satu kegiatan ciri khas dari suatu daerah tertentu .
Di negara kita sendiri banyak sekali festival-festival yang sering di adakan , semua festival mempunyai keunikan tersendiri dan bahkan bisa membuat kita merasa penasaran untuk melihat nya  .
Namun sahabat muudu juga harus tahu , festival paling unik dan aneh yang sering di adakan di belahan dunia , Ok daripada penasaran langsung saja kita simak informasi di bawah ini .
10 Festival Yang Unik Dan Aneh Di Dunia 
1.Songkran Festival ( Thailand )
 

Songkran Festival ( Thailand ) festival terunik dan teraneh didunia
Songkran adalah festival pertandingan air terbesar di dunia yang diadakan di bulan April, bulan terpanas di Tahiland.
Orang-orang akan menyemprot teman nya atau bahkan orang yang tidak dikenal dengan selang, balon air, atau bahkan pistol air.
Dulunya, festival ini adalah berbentuk seremoni akan tetapi lama kelaman menjadi festival yang besar yang bertahan 3-10 hari tergantung masing-masing daerah.

2.Boryeong Mud Festival ( South Korea )
Boryeong Mud Festival ( South Korea ) festival terunik di dunia
The Boryeong Mud Festival di Korea Selatan adalah tradisi yang baru di mulai di tahun 1998 untuk mempromosikan kesehatan kulit yang bisa didapakan dari lumpur yang kaya akan mineral di Boryeong.
Festival ini memancing turis dari seluruh dunia yang kebanyakan sebenarnya tidak begitu peduli dengan kesehatan kulit tetapi hanya mau mendapatkan waktu yang menyenangkan di lumpur lengket ini.
Selama seminggu festival ini, orang-orang ini bisa meluncur di lumpur, bergulat di lumpur, dan kontes foto. Ketika sudah selesai, anda bisa membersihkan diri dengan shampo, sabun dan sun block terkenal dari Boryeoungs.
3.Kanamari Matsuri ( Kawasaki, Japan )
Kanamari Matsuri ( Kawasaki, Japan ) festival terunik di dunia
Banyak turis-turis yang akan merasa malu ketika melihat orang-orang di Kawasaki berparade di jalan dengan mengangkat patung raksasa Mr.
P dan Ms.V sedangkan orang-orang sekelilingnya (tua muda, besar kecil) memakan permen yang berbentuk Mr. P and Ms. V tersebut….kok gitu ya…festival apa ini.
Festival ini bernama Kanamara Matsuri adalah festival dari orang-orang penganut kepercayaan Shinto yang diadakan di Minggu Pertama bulan April setiap tahun nya di kawasaki, Jepang. Festival ini didasari oleh legenda tentang adanya iblis bergigi tajam yang bersembunyi di Ms.
V nya anak-anak muda. Iblis ini dikalahkan oleh Black Smith yang membuat Mr.P dari besi yang berhasil mematahkan gigi-gigi iblis tersebut.
Festival ini sebenarnya untuk mendengungkan kesehatan kehidupan bercinta anak jaman sekarang. Pada jaman dulu para Geisha akan menghadiri festial ini dan berdoa untuk melindungi mereka dari penyakit kelamin. Tetapi apada jaman sekarang, festival ini bertujuan untuk menggalang dana untuk penelitian penyakit HIV.

4.Monkey Buffet Festival (Lopburi, Thailand)
Monkey Buffet Festival (Lopburi, Thailand) festival terunik dan teraneh didunia
Ini adalah festival buffet (makan sepuasnya) yang disediakan khusus untuk para monyet. Festival ini diadakan setiap tahun di Thailand pada Sabtu terakhir di bulan Nopember di kelenteng bernama Pra Prang Sam Yot di Lopburi, Bagkok. Ribuan kilo buah-buahan di kumpulkan untuk menjadi sebuah arena buffet yang diperuntuk kan hanya untuk monyet. Heran nya lagi monyet yang biasanya nakal ini bisa bertabiat baik di festival tersebut dan bisa bermain-main dengan para turis dan orang-orang yang mau mengambil foto monyet tersebut.

5.Parade Dewa obat ( Taiwan )
Parade Dewa obat ( Taiwan ) festival teraneh di dunia
Lebih dari 160 kelenteng di Taiwan merayakan hari Dewa Obat dengan parade, akan tetapi kelenteng yang asli adalah kelenteng Ching Tzu di Hseuhchia.
Penari, pendeta, musisi berjalan di jalanan dengan balon menyerupai Dewa Obat, dipimpin oleh kelompok yang menamakan dirinya Centipedes.
Para pemjua dewa tersebut menjatuhkan diri di depan Centipedes untuk diinjak dengan keras harapan akan mengusir roh-roh jahat dari tubuhnya.

6.Festival Suci ( India )
Festival Suci ( India ) festival teraneh di dunia
Festival Suci/ Holi adalah Festival yang diadakan di musim semi di India. Festival inijuga terkenal dengan Festival Warna-Warni karena di rayakan dengan melempar warna-warna ke orang-orang.
Perayaan ini dimulai dengan api yang melambangkan pembakaran Holika, baigan dari cerita tentang datangnya iblis di kepercayaan Hindu. Akan tetapi, yang paling menarik dalam perayaan ini adalah apa yang terjadi sehari setelahnya dimana orang-orang dari segala kalangan datang untuk menari dan bernyanyi bersama-sama.
7.Konaki ( Japan )
Konaki ( Japan ) festival teraneh di dunia

Konaki Sumo ini kalau diterjemahkan secara harafiah berarti Tangisan Sumo Festival. Lebih dari 200 bayi akan diberikan ke murid Sumo Wresting untuk melihat bayi yang manakah yang akan menangis duluan.
Tujuan nya adalah untuk mengharapkan kesehatan karena bayi yang sering menangis biasanya adalah bayi yang sehat dan kuat.

8.Handaka Matsuri ( Japan )
Handaka Matsuri ( Japan ) festival teraneh dan terunik di dunia
Festival Handaka ini adalah tradisi dari Shinto juga dimana ribuan pria berkumpul dengan hanya mengenakan kain penutup tradisional Jepang yang dikenal dengan nama fundoshi.
Diantara orang-orang yang hampir bugil itu akan terdapa satu pria yang benar-benar bugil dan orang-orang akan berebutan untuk memegangnya karena dipercayai bahwa pria tersebut akan menyerap semua kesialan dan kejahatan nya.
sumber:http://www.muudu.com/10-festival-yang-unik-dan-aneh-di-dunia.html

tionghoa

Tionghoa-Indonesia

Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul leluhur mereka berasal dari Tiongkok. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi: 唐人, "orang Tang") atau lazim disebut Huaren (Hanzi Tradisional: 華人 ; Hanzi Sederhana : 华人) . Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pinyin: Hanren, "orang Han").
Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.
Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.[4]

Asal kata[sunting | sunting sumber]

Kata Tionghwa telah digunakan dalam surat setia kepada tentara Nippon ini.
Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang Tionghoa di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Tiongkok untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang asal Tiongkok yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan Orang Cina.
Sekelompok orang asal Tiongkok yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Tiongkok, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.

Populasi di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Volkstelling (sensus) pada masa Hindia Belanda, populasi Tionghoa-Indonesia mencapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia pada tahun 1930.[5] Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 (2,5%) pada tahun 1961.[6]
Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika untuk pertama kalinya responden sensus ditanyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang dipercaya mengenai jumlah suku Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4% - 5% dari seluruh jumlah populasi Indonesia.[7]

Daerah asal di Tiongkok[sunting | sunting sumber]

Foto tahun 1967 keluarga Tionghoa-Indonesia dari Provinsi Hubei, generasi kedua dan ketiga
Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Tiongkok, menyebabkan banyak sekali orang-orang yang juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang. Tujuan utama saat itu adalah Asia Tenggara. Karena pelayaran sangat tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka. Demikian seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Tiongkok untuk terus berdagang.
Orang-orang Tionghoa di Indonesia, umumnya berasal dari tenggara Tiongkok. Mereka termasuk sub-grup (minxi 民系):
Daerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara ini dapat dimengerti, karena dari sejak zaman Dinasti Tang kota-kota pelabuhan di pesisir tenggara Tiongkok memang telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Quanzhou pernah tercatat sebagai bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut.[butuh rujukan]

Daerah konsentrasi[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa. Daerah-daerah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan adalah: Sumatera UtaraBangka-BelitungSumatera SelatanLampungLombokKalimantan BaratBanjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.
Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk setempat dan mengalami pembauran lewat perkawinan, sehingga warna kulit mereka kadang-kadang lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Tionghoa, Jawa, Sunda dan Melayu.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Masa-masa awal[sunting | sunting sumber]

Seorang pedagang jalanan Tionghoa pada tahun 1854 (litografi berdasarkan lukisan Auguste van Pers)
Seorang pria Tionghoa berkuncir (toucang) di jalanan Batavia pertengahan tahun 1910-an.
Orang dari Tiongkok daratan telah ribuan tahun mengunjungi dan mendiami kepulauan Nusantara.
Beberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan, seperti Fa Hien pada abad ke-4 dan I Ching pada abad ke-7. Fa Hien melaporkan suatu kerajaan di Jawa ("To lo mo") dan I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa Sanskerta. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama Jñânabhadra.
Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, para imigran Tiongkok pun mulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan. Pada prasasti-prasasti dari Jawa orang Tionghoa disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Dalam suatu prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana. Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga juga mendapat pengaruh dari motif-motif kain sutera Tiongkok.[8]
Catatan Ma Huan, ketika turut serta dalam ekspedisi Cheng Ho, menyebut secara jelas bahwa pedagang Tionghoa muslim menghuni ibukota dan kota-kota bandar Majapahit (abad ke-15) dan membentuk satu dari tiga komponen penduduk kerajaan itu.[9] Ekspedisi Cheng Ho juga meninggalkan jejak di Semarang, ketika orang keduanya, Wang Jinghong, sakit dan memaksa rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian dari Kota Semarang). Wang kemudian menetap karena tidak mampu mengikuti ekspedisi selanjutnya. Ia dan pengikutnya menjadi salah satu cikal-bakal warga Tionghoa Semarang. Wang mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut "Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong"), serta membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu.[10] Di komplek ini Wang juga dikuburkan dan dijuluki "Mbah Jurumudi Dampo Awang".[11]
Sejumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, memiliki darah Tiongkok selain keturunan Majapahit. Beberapa wali penyebar agama Islam di Jawa juga memiliki darah Tiongkok, meskipun mereka memeluk Islam dan tidak lagi secara aktif mempraktikkan kultur Tionghoa.[12]
Kitab Sunda Tina Layang Parahyang menyebutkan kedatangan rombongan Tionghoa ke muara Ci Sadane (sekarang Teluknaga) pada tahun 1407, pada masa daerah itu masih di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda (Pajajaran). Pemimpinnya adalah Halung dan mereka terdampar sebelum mencapai tujuan di Kalapa.
Ilustrasi pedagang Tionghoa di Banten

Era kolonial[sunting | sunting sumber]

Sepasang mempelai Tionghoa di Salatiga, circa 1918
Pada masa kolonial, Belanda pernah mengangkat beberapa pemimpin komunitas dengan gelar Kapiten Cina, yang diwajibkan setia dan menjadi penghubung antara pemerintah dengan komunitas Tionghoa. Beberapa di antara mereka ternyata juga telah berjasa bagi masyarakat umum, misalnya So Beng Kong dan Phoa Beng Gan yang membangun kanal di Batavia[butuh rujukan]. Di Batavia, Mohamad Djafar menjadi kapten Tionghoa muslim yang terakhir (ke-dua). Di Yogyakarta, Kapiten Tan Djin Sing sempat menjadi Bupati Yogyakarta.[13]
Pembantaian orang Tionghoa tanggal 9 Oktober 1740 di Batavia
Sebetulnya terdapat juga kelompok Tionghoa yang pernah berjuang melawan Belanda, baik sendiri maupun bersama etnis lain. Bersama etnis Jawa, kelompok Tionghoa berperang melawan VOC tahun 1740-1743.[butuh rujukan]Di Kalimantan Barat, komunitas Tionghoa yang tergabung dalam "Republik" Lanfong[butuh rujukan] berperang dengan pasukan Belanda pada abad XIX.
Dalam perjalanan sejarah pra kemerdekaan, beberapa kali etnis Tionghoa menjadi sasaran pembunuhan massal atau penjarahan, seperti pembantaian di Batavia 1740 dan pembantaian masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian di Batavia tersebut [14][15][3] melahirkan gerakan perlawanan dari etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa kota di Jawa Tengah yang dibantu pula oleh etnis Jawa. Pada gilirannya ini mengakibatkan pecahnya kerajaan Mataram. Orang Tionghoa tidak lagi diperbolehkan bermukim di sembarang tempat. Aturan Wijkenstelsel ini menciptakan permukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di Hindia Belanda.
Daerah Pecinan di Banjarmasin.
Kelenteng Tua Pek Kong di Ketapang.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Kebangkitan nasionalisme di Hindia Belanda tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi pada komunitas Tionghoa. Tanggal 17 Maret 1900 terbentuk di Batavia Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang mendirikan sekolah-sekolah, seperti di kota Garut dirintis dan didirikan pada tahun 1907 oleh seorang pengusaha hasil bumi saat itu bernama Lauw O Teng beserta kedua anak lelakinya bernama Lauw Tek Hay dan Lauw Tek Siang,dengan maksud agar orang Tionghoa bisa pintar, (kemudian jumlahnya mencapai 54 buah sekolah dan pada tahun 1908 dan mencapai 450 sekolah tahun 1934). Inisiatif ini diikuti oleh etnis lain, seperti keturunan Arab yang mendirikan Djamiat-ul Chair meniru model THHK. Pada gilirannya hal ini menyadarkan priyayi Jawa tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda sehingga dibentuklah Budi Utomo.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Target pemerintah kolonial untuk mencegah interaksi pribumi dengan etnis Tionghoa melalui aturan passenstelsel dan Wijkenstelsel itu ternyata menciptakan konsentrasi kegiatan ekonomi orang Tionghoa di perkotaan. Ketika perekonomian dunia beralih ke sektor industri, orang-orang Tionghoa paling siap berusaha dengan spesialisasi usaha makanan-minuman, jamu, peralatan rumah tangga, bahan bangunan, pemintalan, batik, kretek dan transportasi. Tahun 1909 di Buitenzorg (Bogor) Sarekat Dagang Islamiyah didirikan oleh RA Tirtoadisuryo mengikuti model Siang Hwee (kamar dagang orang Tionghoa) yang dibentuk tahun 1906 di Batavia. Bahkan pembentukan Sarekat Islam (SI) di Surakarta tidak terlepas dari pengaruh asosiasi yang lebih dulu dibuat oleh warga Tionghoa. Pendiri SI, Haji Samanhudi, pada mulanya adalah anggota Kong Sing, organisasi paguyuban tolong-menolong orang Tionghoa di Surakarta. Samanhudi juga kemudian membentuk Rekso Rumekso yaitu Kong Sing-nya orang Jawa.

Pergerakan[sunting | sunting sumber]

Pemerintah kolonial Belanda makin khawatir karena Sun Yat Sen memproklamasikan Republik Tiongkok, Januari 1912. Organisasi Tionghoa yang pada mulanya berkecimpung dalam bidang sosial-budaya mulai mengarah kepada politik. Tujuannya menghapuskan perlakukan diskriminatif terhadap orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda dalam bidang pendidikan, hukum/peradilan, status sipil, beban pajak, hambatan bergerak dan bertempat tinggal.
Dalam rangka pelaksanaan Politik Etis, pemerintah kolonial berusaha memajukan pendidikan, namun warga Tionghoa tidak diikutkan dalam program tersebut. Padahal orang Tionghoa membayar pajak ganda (pajak penghasilan dan pajak kekayaan). Pajak penghasilan diwajibkan kepada warga pribumi yang bukan petani. Pajak kekayaan (rumah, kuda, kereta, kendaraan bermotor dan peralatan rumah tangga) dikenakan hanya bagi Orang Eropa dan Timur Asing (termasuk orang etnis Tionghoa). Hambatan untuk bergerak dikenakan bagi warga Tionghoa dengan adanya passenstelsel.
Pada waktu terjadinya Sumpah Pemuda, ada beberapa nama dari kelompok Tionghoa sempat hadir, antara lain Kwee Tiam Hong dan tiga pemuda Tionghoa lainnya. Sin Po sebagai koran Melayu Tionghoa juga sangat banyak memberikan sumbangan dalam menyebarkan informasi yang bersifat nasionalis. Pada 1920-an itu, harian Sin Po memelopori penggunaan kata Indonesia bumiputera sebagai pengganti kata Belanda inlander di semua penerbitannya. Langkah ini kemudian diikuti oleh banyak harian lain. Sebagai balas budi, semua pers lokal kemudian mengganti kata "Tjina" dengan kata Tionghoa. Pada 1931 Liem Koen Hian mendirikan PTI, Partai Tionghoa Indonesia (dan bukan Partai Tjina Indonesia).

Masa Revolusi dan Pra Kemerdekaan RI[sunting | sunting sumber]

Pada masa revolusi tahun 1945-an, Mayor John Lie yang menyelundupkan barang-barang ke Singapura untuk kepentingan pembiayaan Republik. Rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, dekat Karawang, diambil-alih oleh Tentara Pembela Tanah Air (PETA), kemudian penghuninya dipindahkan agar Bung Karno dan Bung Hatta dapat beristirahat setelah "disingkirkan" dari Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945. Di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD'45 terdapat 4 orang Tionghoa yaitu; Liem Koen HianTan Eng HoaOey Tiang TjoeOey Tjong Hauw, dan di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs.Yap Tjwan BingLiem Koen Hian yang meninggal dalam status sebagai warganegara asing, sesungguhnya ikut merancang UUD 1945. Lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R. Supratman, pun pertama kali dipublikasikan oleh Koran Sin Po.
Dalam perjuangan fisik ada beberapa pejuang dari kalangan Tionghoa, namun nama mereka tidak banyak dicatat dan diberitakan. Salah seorang yang dikenali ialah Tony Wen, yaitu orang yang terlibat dalam penurunan bendera Belanda di Hotel Oranye Surabaya.

Pasca kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Orde Lama[sunting | sunting sumber]

Penerbang angkatan udara Tionghoa-Indonesia pada tahun 1950
Pada Orde Lama, terdapat beberapa menteri Republik Indonesia dari keturunan Tionghoa seperti Oei Tjoe TatOng Eng DieSiauw Giok Tjhan, dll. Bahkan Oei Tjoe Tat pernah diangkat sebagai salah satu Tangan Kanan Ir. Soekarno pada masa Kabinet Dwikora. Pada masa ini hubungan Ir. Soekarno dengan beberapa tokoh dari kalangan Tionghoa dapat dikatakan sangat baik. Walau pada Orde Lama terdapat beberapa kebijakan politik yang diskriminatif seperti Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959 yang melarang WNA Tionghoa untuk berdagang eceran di daerah di luar ibukota provinsi dan kabupaten. Hal ini menimbulkan dampak yang luas terhadap distribusi barang dan pada akhirnya menjadi salah satu sebab keterpurukan ekonomi menjelang tahun 1965 dan lainnya.

Orde Baru[sunting | sunting sumber]

Selama Orde Baru dilakukan penerapan ketentuan tentang Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia, atau yang lebih populer disebut SBKRI, yang utamanya ditujukan kepada warga negara Indonesia (WNI) etnis Tionghoa beserta keturunan-keturunannya. Walaupun ketentuan ini bersifat administratif, secara esensi penerapan SBKRI sama artinya dengan upaya yang menempatkan WNI Tionghoa pada posisi status hukum WNI yang "masih dipertanyakan".
Pada Orde Baru Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.
Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan[butuh rujukan].
Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.
Pada masa akhir dari Orde Baru, terdapat peristiwa kerusuhan rasial yang merupakan peristiwa terkelam bagi masyarakat Indonesia terutama warga Tionghoa karena kerusuhan tersebut menyebabkan jatuhnya banyak korban bahkan banyak di antara mereka mengalami pelecehan seksual, penjarahan, kekerasan, dan lainnya.

Reformasi[sunting | sunting sumber]

Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Walau belum 100% perubahan tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukkan adanya tren perubahan pandangan pemerintah dan warga pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Bila pada masa Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi Tionghoa dilarang dipertontonkan di depan publik, saat ini telah menjadi pemandangan umum hal tersebut dilakukan. Di MedanSumatera Utara, misalnya, adalah hal yang biasa ketika warga Tionghoa menggunakan bahasa Hokkien ataupun memajang aksara Tionghoa di toko atau rumahnya. Selain itu, pada Pemilu 2004 lalu, kandidat presiden dan wakil presiden Megawati-Hasyim Muzadi menggunakan aksara Tionghoa dalam selebaran kampanyenya untuk menarik minat warga Tionghoa.


Kerusuhan Rasial terhadap Warga Tionghoa di Indonesia
[sunting | sunting sumber]

Semarang. Dua orang wanita di Gedung Batu. 1989.
Kerusuhan-kerusuhan yang menimpa etnis Tionghoa antara lain pembunuhan massal di Jawa 1946-1948, peristiwa rasialis 10 Mei 1963 di Bandung, 5 Agustus 1973 di Jakarta, Malari 1974 di Jakarta, Kerusuhan Mei 1998 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Solo ,dll. serta berbagai kerusuhan rasial lainnya.[16]
Beberapa contoh kerusuhan rasial yang terjadi yaitu :
  • Bandung, 10 Mei 1963. Kerusuhan anti suku peranakan Tionghoa terbesar di Jawa Barat. Awalnya, terjadi keributan di kampus Institut Teknologi Bandung antara mahasiswa pribumi dan non-pribumi. Keributan berubah menjadi kerusuhan yang menjalar ke mana-mana, bahkan ke kota-kota lain seperti Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Medan.[17]
  • Desember, tahun 1966. Sekolah- sekolah Tionghoa di Indonesia ditutup pada bulan Desember.[18]
  • Jakarta, tahun 1967. Koran- koran berbahasa Tionghoa ditutup oleh pemerintah.[18]
April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi anti-Tionghoa di Jakarta.[18]
  • Pekalongan, 31 Desember 1972. Terjadi keributan antara orang-orang Arab dan peranakan Tionghoa. Awalnya, perkelahian yang berujung terbunuhnya seorang pemuda Tionghoa. Keributan terjadi saat acara pemakaman.
  • Palu, 27 Juni 1973. Sekelompok pemuda menghancurkan toko Tionghoa. Kerusuhan muncul karena pemilik toko itu memakai kertas yang bertuliskan huruf Arab sebagai pembungkus dagangan.
  • Bandung, 5 Agustus 1973. Dimulai dari serempetan sebuah gerobak dengan mobil yang berbuntut perkelahian. Kebetulan penumpang mobil orang-orang Tionghoa. Akhirnya, kerusuhan meledak di mana-mana.[19]
  • Jakarta, tahun 1978. Pelarangan penggunaan karakter- karakter huruf Tionghoa di setiap barang/ media cetak di Indonesia.[20]
  • Ujungpandang, April 1980. Suharti, seorang pembantu rumah-tangga meninggal mendadak. Kemudian beredar desas-desus: Ia mati karena dianiaya majikannya seorang Tionghoa. Kerusuhan rasial meledak. Ratusan rumah dan toko milik suku peranakan Tionghoa dirusak.
  • Medan, 12 April 1980. Sekelompok mahasiswa USU bersepeda motor keliling kota, sambil memekikkan teriakan anti suku peranakan Tionghoa. Kerusuhan itu bermula dari perkelahian.
  • Solo, 20 November 1980. Kerusuhan melanda kota Solo dan merembet ke kota-kota lain di Jawa Tengah. Bermula dari perkelahian pelajar Sekolah Guru Olahraga, antara Pipit Supriyadi dan Kicak, seorang pemuda suku peranakan TiongHoa. Perkelahian itu berubah menjadi perusakan dan pembakaran toko-toko milik orang-orang TiongHoa.[21][22]
  • Surabaya, September 1986. Pembantu rumah tangga dianiaya oleh majikannya suku peranakan TiongHoa. Kejadian itu memancing kemarahan masyarakat Surabaya. Mereka melempari mobil dan toko-toko milik orang-orang TiongHoa.[23]
  • Pekalongan, 24 November 1995. Yoe Sing Yung, pedagang kelontong, menyobek kitab suci Alquran. Akibat ulah penderita gangguan jiwa itu, masyarakat marah dan menghancurkan toko-toko milik orang-orang Tiong Hoa.[24]
  • Bandung, 14 Januari 1996. Massa mengamuk seusai pertunjukan musik Iwan Fals. Mereka melempari toko-toko milik orang-orang Tiong Hoa. Pemicunya, mereka kecewa tak bisa masuk pertunjukan karena tak punya karcis.
  • Rengasdengklok, 30 Januari 1997. Mula-mula ada seorang suku peranakan Tiong Hoa yang merasa terganggu suara beduk Subuh. Percekcokan terjadi. Masyarakat mengamuk, menghancurkan rumah dan toko TiongHoa.[25]
  • Ujungpandang, 15 September 1997. Benny Karre, seorang keturunan Tiong Hoa dan pengidap penyakit jiwa, membacok seorang anak pribumi, kerusuhan meledak, toko-toko TiongHoa dibakar dan dihancurkan.[16]
  • Februari 1998. Kraksaan, Donggala, Sumbawa, Flores, Jatiwangi, Losari, Gebang, Pamanukan, Lombok, Rantauprapat, Aeknabara: Januari – Anti Tionghua.[16]
  • Kerusuhan Mei 1998. Salah satu contoh kerusuhan rasial yang paling dikenang masyarakat Tionghoa Indonesia yaitu Kerusuhan Mei 1998. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Solo. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang terbunuh, terluka, mengalami pelecehan seksual, penderitaan fisik dan batin serta banyak warga keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.[16][21]
  • 5-8 Mei 1998. Medan, Belawan, Pulobrayan, Lubuk-Pakam, Perbaungan, Tebing-Tinggi, Pematang-Siantar, Tanjungmorawa, Pantailabu, Galang, Pagarmerbau, Beringin, Batangkuis, Percut Sei Tuan: Ketidakpuasan politik yang berkembang jadi anti Tionghoa.[16][21]
  • Jakarta, 13-14 Mei 1998. Kemarahan massa akibat penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang dikembangkan oleh kelompok politik tertentu jadi kerusuhan anti-Tionghoa. Peristiwa ini merupakan persitiwa anti-Tionghoa paling besar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Sejumlah perempuan keturunan Tionghoa diperkosa.[16][21]
  • Solo, 14 Mei 1998. Ketidakpuasan politik yang kemudian digerakkan oleh kelompok politik tertentu menjadi kerusuhan anti Tionghua.[16][21][26]

Peran Warga Tionghoa Bagi Republik Indonesia

Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra Melayu Tionghoa. Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar 3000 buku, suatu prestasi yang luar biasa bila dibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh angkatan pujangga baru, angkatan 45, 66 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu. Dengan demikian komunitas ini telah berjasa dalam membentuk satu awal perkembangan bahasa Indonesia.Peran Sosial Budaya dan Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Sumbangsih warga Tionghoa Indonesia juga terlihat dalam koran Sin Po, di mana koran Sin Po menjadi koran pertama yang menerbitkan teks lagu Indonesia Raya setelah disepakati pada Sumpah Pemuda tahun 1928.
Nama Sie Kok Liong memang sangat jarang didengar oleh masyarakat Indonesia, namun Sie Kok Liong merupakan seorang warga Tionghoa yang menyewakan rumahnya bagi para pemuda dalam menyelenggarakan Sumpah Pemuda. Hanya sedikit catatan mengenai Sie Kok Liong, seiring dengan tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abad ke-20 di Jakarta tumbuh pula pondokan-pondokan pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di asrama sekolah atau untuk mereka yang ingin hidup lebih bebas di luar asrama yang ketat. Salah satu di antara pondokan pelajar itu adalah Gedung Kramat 106 milik Sie Kok Liong. Di Gedung Kramat 106 inilah sejumlah pemuda pergerakan dan pelajar sering berkumpul. Gedung itu, selain menjadi tempat tinggal dan sering digunakan sebagai tempat latihan kesenian Langen Siswo juga sering dipakai untuk tempat diskusi tentang politik para pemuda dan pelajar. Terlebih lagi setelah Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) didirikan pada September 1926. Selain dijadikan kantor PPPI dan kantor redaksi majalah Indonesia Raya yang diterbitkan oleh PPPI, berbagai organisasi pemuda sering menggunakan gedung ini sebagai tempat kongres. Bahkan pada 1928 Gedung Kramat 106 jadi salah satu tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda II tanggal 27 - 28 Oktober 1928.
Universitas Trisakti yang kini menjadi salah satu universitas terkenal di Indonesia juga merupakan salah satu sumbangsih warga Tionghoa di Indonesia. Pada tahun 1958, universitas ini didirikan oleh para petinggi Baperki yang kebanyakan keturunan Tionghoa salah satunya yaitu Siauw Giok Tjhan, pada tahun 1962 oleh Presiden Soekarno nama universitas ini diganti menjadi Universitas Res Publika hingga 1965, dan sejak Orde Baru, universitas ini beralih nama menjadi Universitas Trisakti hingga sekarang.
Di Medan dikenal kedermawanan Tjong A Fie, rasa hormatnya terhadap Sultan Deli Makmun Al Rasyid diwujudkannya pengusaha Tionghoa ini dengan menyumbang sepertiga dari pembangunan Mesjid Raya Medan. Rumah peninggalan Tjong A Fie sampai sekarang masih ada di kota Medan walaupun bangunannya terlihat tidak terurus lagi.
Di Bagansiapiapi terdapat Ritual Bakar Tongkang sebagai ucapan rasa syukur masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi atas perlindungan Dewa Kie Ong YaRitual Bakar Tongkang sangat diandalkan pemerintah daerah setempat sebagai daya tarik wisata daerah di mana setiap tahunnya menyedot puluhan ribu kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
Saat ini di Taman Mini Indonesia Indah sedang dibangun taman budaya Tionghoa Indonesia yang diprakarsai oleh PSMTI. Pembangunan taman ini direncanakan akan selesai sebelum tahun 2012 dengan biaya kurang lebih 50 miliar rupiah.[butuh rujukan]
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia